Tragedi Mengejar Warisan Bung Karno (Kisah Nyata)

 

Spirit of change? “Sebentar lagi beres, gue akan jadi orang kaya. Sekian puluh milyar Rupiah pasti jatuh ke tangan gue. Pasti. Pasti. Pasti!!!“ Senyum mengembang tiada henti di wajah pemuda ganteng. Angannya melambung tinggi. Maklumnya pemuda tersebut sedang dilanda badai hebat yang hampir meludeskan semua hartanya selama enam bulan melakukan ritual khusus di tempat-tempat angker. Di bawah bimbingan para “guru” baru yang memberinya dorongan siang-malam agar tak berhenti di tengah jalan. Bahwa hajatnya untuk menjadi salah satu penerima amanat “warisan Bung Karno” sudah di depan mata. Apapun dikorbankan dengan cara apapun. Ya, dengan cara apapun. Bila perlu menipu!!!
*
Yakin deh, semua perkara akan teratasi begitu bagian dari warisan Bung Karno masuk ke dalam dompetnya yang nyaris tanpa isi. Tidak sembarangan angka. Ingat, puluhan Milyar Rupiah. Siapa yang tak tergoda??? Begitulah yang dialami oleh seorang sahabat saya pada sekitarr tahun 1999. Sebuah kisah nyata yang menghebohkan, mengharukan, menabuh perang saudara di kalangan keluarga, juga membuat marah banyak orang. Sebuah petualangan hebat yang menguras semua hartanya demi meraih dan mencairkan apa yang disebut “Warisan Bung Karno”.
*
 

Menggali berlian dari ruang gelap. Kisahnya bermula ketika pemuda itu (sebut saja namanya Mat Bahlul ) tahun 1999 bergaul dengan kelompok pengajian ekslusif beraliran semacam “Sahabat Malaikat”. Disebut demikian karena aliaran tersebut meyakini bahwa mereka bisa berinteraksi langsung dengan Malaikat Jibril kapan saja. Misalnya untuk memahami tafsir Al Quran cukup bertanya langsung kepada Malaikat Jibril. Bahkan mereka pamer bahwa tiap malam bisa melakukan Isra-Mikraj dari bumi naik ke langit ke tujuh layaknya Rasulullah melakukannya dari Masjidil Aqsa. Bedanya kalau Rasulullah melakukannya Cuma satu kali, sedangkan mereka bisa melakukannya kapan saja berkali-kali. Hebat bukan? Sayapun kagum lho… Apa sih rahasianya?
*
Ternyata mereka menjalani amalan-amalan tak lazim. Misalnya selalu melakukan sholat di dalam ruang gelap. Diiringi nyanyian-nyanyian yang disetel dari tape recorder ketika melakukan perenungan dan doa. Juga disertai latihan pernafasan layaknya orang sedang melakukan yoga. Katanya ini dzikir Islam yang disempurnakan setelah dioplos dengan taoisme. Berkat khidmat dan fokus hati-pikiran ke sebuah titik cahaya maka rahasia alam dan ketuhanan tersingkap dengan jelas. Juga katanya setiap saat mereka mendapat wahyu dari Malaikat Jibril.
Ketika berkhidmat di ruang gelap selalu dihadiri para sesepuh yang sudah meninggal dunia. Di antaranya mendiang Ibu Fatmawati istri Bung Karno. Kehadiran mereka tak lain untuk memberikan restu akan hajat Mat Bahlul. Sampai di titik ini saya kian heran, kagum dan penasaran. Soalnya seumur-umur baru tau ada ibadah Islam model begini.
*
Iming-iming untuk rakyat miskin. Nah, beberapa bulan kemudian Mat Bahlul beri kabar gembira bahwa malam sebelumnya dia berhasil “melihat” beberapa peti berisi harta “Warisan Bung Karno” yang lenyap bersama raibnya Dana Revolusi yang keberadaannya misterius hingga saat itu. Rencananya mereka akan “mencairkan” warisan tersebut untuk rakyat Indonesia, dan sebagai balas budi Mat Bahlul sebagai pemegang amanat akan diberi imbalan sekitar 10 Milyar Rupiah, mantaaaffff…!!! Pantaslah jika banyak yang memberi dukungan, maklum Mat Bahlul datang dari keluarga sedang-sedang saja yang tak pernah kenal uang milyaran Rupiah. Akibat peristiwa ini keluarga Mat Bahlul terpecah belah, sebagian mendukung dan sebagian lagi menolak bahkan mengutuk bahwa Mat Bahlul menjalani aktifitas sesat.
*
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, janji berhambur janji, tak satupun yang terbukti. Mat Bahlul boleh saja haqul yakin bakal meraup 10 milyar tapi keliahatannya dia kian terpuruk. Kian hancur. Nipu sana- nipu sini. Hutang ratusan juta ke mana-mana mendekati satu Milyar Rupiah, sementara harta sendiri ludes guna membiayai ritual berjamaah, transportasi, akomodasi, sesaji dan lain-lain yang diminta oleh para “guru”. Tak kehilangan akal kelompok Mat Bahlul agresif merekrut anak didik. Ajaibnya, sukses melahirkan Mat Bahlul-Mat Bahlul baru dari berbagai kalangan tanpa batas kelas dan tanpa batas latar belakang pendidikan. Pokoke laris manis deh. Saya makin nggak ngerti. Gila bener memikirkan fenomena seperti ini. Bener-bener gila!!!
*
Mengenaskan. Kira-kira 3 tahun kemudian, tahun 2002, saya amprok Mat Bahlul sedang berdagang kue basah di kaki lima sekitar Terminal Bus Pulo Gadung Jakrta Timur.
Bang, lagi apaan nih?
Lho, inikah calon orang kaya baru? Dulunya juragan toko mebel sekarang jualan kue basah di lapak kaki lima… Dulu tinggal di pemukiman bagus di Blok M Jakarta Selatan, sekarang numpang di sebuah kos-kosan kumuh… Dulu dikejar-kejar waktu untuk tanda tangan order, sekarang dikejar-kejar sejuta perkara yang memalukan… Dulu omongannya dipercaya, sekarang omongannya diwaspadai sebagai tipu-tipu…!!!
*
Mat Bahlul, Mat Bahlul…. Akhirnya jadi begitu toch? Saya geleng-geleng kepala ngenes. Bukannya jadi orang kaya baru malahan jadi orang melarat baru, duh!
*
Ada beberapa hal yang membuat saya selalu bertanya-tanya adalah: (1) Kenapa Mat Bahlul tidak pernah menyesal bahwa hidupnya hancur dan kehilangan anak-istri setelah terlibat pengejaran “warisan Bung Karno”?, (2) Kenapa untuk membiayai hajatnya itu dia tak segan membohongi semua orang?, (3) Kenapa setelah melampaui level (maqom) tertentu dari ritualnya maka dia telah terbebas dari hukum apapun, misalnya boleh berbuat apa saja yang dilarang agama?, (4) Sosok yang hadir di dalam ritual-ruang-gelap adalah Malaikat Jibril ataukah jin?, (5) Kenapa banyak orang terdidik ikut terjerumus?
*
Lain pengakuan lain kejujuran. Ingin sekali 5 hal tersebut saya tanyakan, tapi koq nggak tega melihat akhir hidup Mat Bahlul miskin seketika, jatuh terjerembab. Andaikata kegiatan ritual Mat Bahlul dulu…. yang hebat-misterius itu sempat direkam video…. mungkin saya berharap agar dia melakukan pengakuan di depan umum setelah muter-muter menyangkal dengan alasan cuma “mirip-mirip”. Sebuah pengakuan untuk pembelajaran agar tidak jatuh korban lebih banyak lagi.
*
Sebuah pengakuan layak dihargai walaupun bukanlah sebuah kejujuran jika dilakukan sesudah kejepit. Seperti kasus artis-artis belakangan ini, bener nggak sih?
*
Salam tuljaenak,
Ragile, 13-jul-2010
*)ilustrasi : ribuan bungkarno (doeitlangka.wordpress.com); mobil(forumdigitalmukmin.org); tukang kue(smulya.multiply.com)

sosbud.kompasiana.com/2010/07/13/tragedi-mengejar-warisan-bung-karno-kisah-nyata