Sungguh malang nasib yang dialami Ngatiah atau Tia, janda berusia 39 tahun warga Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan. meninggal dunia setelah melayani tiga buruh tebang tebu secara bergiliran tanpa istirahat. Insiden mematikan itu terjadi ketika Mul alias Lum (30), warga Desa Tegaron, Kecamatan Kepanjen bersama Ar (25) dan Bb, keduanya tetangga Tia, ingin melampiaskan syahwat kepada perempuan itu.
Setelah tawar-menawar alot, akhirnya tempat kencan disepakati di sebuah kebun tebu di Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, 7 km dari rumah Tia. Biaya syahwat tiga pria itu pun disepakati Rp 100.000. Karena tempatnya di kebun tebu dan darurat, maka alasnya pun cukup selembar sarung. Sementara itu, Supandi, tukang ojek yang mengantar Tia, menunggu di tepi kebun tebu. Yang dapat giliran pertama adalah Ar, kemudian Bb, baru terakhir Lum. “Saya hanya sekitar tiga menit sudah KO. Saya deg-degan karena baru pertama kali,” tutur Ar.
Ketika Bb dan Ar membersihkan diri di sungai dekat situ dan Bb mengemasi pakaiannya seusai bercinta, tiba-tiba Tia mengeluh haus dan napasnya ngos-ngosan. Karena tak ada air bersih matang, maka ketiga pria itu memberinya air sungai. Namun belum sempat ditelan, Tia memuntahkan air itu. Kondisi Tia membuat ketiga pria itu panik. Lalu, dengan diantar Supandi, Lumbon membawa perempuan itu ke RSUD Kanjuruhan, 3 km dari lokasi.
Selama perjalanan, napas Tia semakin berat dan ia terus ingin muntah, tetapi tidak bisa. Namun, baru sampai di RSUD, ia tak bernapas lagi. Dari mulut dan hidung Tia keluar busa. Untuk mengusut kasus ini, hingga Kamis (15/10) siang, ketiga pemuda itu dan Supandi diperiksa di Polsek Kepanjen. Meski statusnya masih sebagai saksi, kondisi psikis mereka drop karena takut. “Kami menunggu hasil otopsi korban. Karena itu, status mereka masih sebagai saksi. Memang hasil keterangan keluarganya, korban lama mengidap asma dan maag akut,” kata AKP Prayitno SH, Kapolsek Kepanjen.[kompas]