Para petinggi NATO supaya makin kerap mendengar nasehat Mikhail Gorbachev. Bekas orang nomor satu di Uni Soviet tersebut telah mewanti-wanti jikalau tentara militer di bawah NATO akan keok alias kalah total di antara peperangan di Afganistan.
Sudah barang tentu, omongan Gorbachev yang sohor beserta perestroika serta glasnost tersebut tidak pepesan kosong. Soalnya, Uni Soviet pun sempat jeblok di Afganistan sampai kesudahannya menentukan hengkang dari Negeri Mullah.
"Hal yang dapat dibuat sekarang ini merupakan mendukung Afganistan pulih dari keadaan pascaperang," ujarnya demikian warta media AP serta AFP pada Rabu (27/10/2010).
"Hal yang dapat dibuat sekarang ini merupakan mendukung Afganistan pulih dari keadaan pascaperang," ujarnya demikian warta media AP serta AFP pada Rabu (27/10/2010).
Gorbachev memuji ketetapan kepala negara AS Barack Obama yang sudah mulai menarik mundur tentara Amerika Serikat pada musim panas tahun depan. Tetapi, selain memuji, Gorbachev melontarkan kritik atas keterlibatan Amerika Serikiat (AS) di Afganistan pada dua dasawarsa silam.
"Beserta didukung keuangan dari Arab Saudi, Amerika Serikiat (AS) melatih kelompok-kelompok militan yang sekarang ini meneror Afganistan serta terlebih pula Pakistan," ucap Gorbachev.
"Beserta keadaan tersebut, Amerika Serikiat (AS) nanti semakin sukar sekali keluar dari persoalan ini. Namun adakah alternatif lain? Vietnam yang lain? Mengirim setengah juta tentara? Itu bukan nanti menghabiskan persoalan," tambahnya Gorbachev.
Sejauh ini, banyaknya tentara NATO di Afganistan sampai 150.000 personel. Sejak banyaknya tersebut, 90.000 personel merupakan tentara asal AS.
Saat invasi ke Afganistan pada 2001, bertambah dari 2.000 tentara NATO mati. Dari banyaknya tersebut, 1.350 orang merupakan tentara Amerika Serikiat (AS).(kompas/suaranews)