Pria Keren Tertangkap Karena Membius 30 Wanita Yang Ingin Check In Dengannya

Heppy Kinan (59), pelaku pembiusan di Jakarta Pusat, dibekuk aparat Kepolisian Sektor Metro Kemayoran, Selasa (21/9) dini hari. Aksi yang dilakukan di Jakarta Pusat itu rupanya bukan yang pertama. Sejak Januari 2010, pelaku melakukan modus serupa kepada 30 korban.
Heppy mempunyai beragam nama samaran dalam aksinya. Dalam dua kali pembiusan di Jakarta Pusat, pelaku memakai nama samaran Pia Ramadhan. Ada juga sejumlah nama samaran lain seperti Herry Sabir, Lukman, Hendra, atau Yopy.
Dia juga mempunyai sejumlah kartu tanda penduduk (KTP) palsu dengan beragam nama serta alamat. Selembar KTP palsu dibeli pelaku seharga Rp 150.000.
Pembiusan itu dilakukan tidak hanya di Jakarta, tetapi di sejumlah tempat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Awalnya pelaku beraksi dengan kawannya, Jimmy. Dua hari sebelum Lebaran, Jimmy dibekuk oleh jajaran Kepolisian Resor Cirebon.
Setelah itu, Heppy beraksi sendiri termasuk ketika membius dua perempuan di dua hotel yang berbeda di Kecamatan Kemayoran, pekan lalu. Salah seorangnya adalah DJ Wanita yang ditinggal dalam keadaan bugil atau telanjang bulat sendirian dihotel bahkan mobilnyapun lenyap (baca ceritanya disini: Wanita Disc Jockey Dihipnotis Dan Dirampok Kenalan Baru Sampai Telanjang Di Lobby Hotel)
Dalam aksinya, pelaku berkenalan dengan calon korban dari berbagai cara, antara lain dikenalkan teman-temannya. Di Jakarta Pusat, umumnya pelaku bertemu dengan calon korban di sekitar Simpang Lima Senen.
Perawakan pelaku yang tinggi dan putih, pakaian yang rapi dan trendi, serta gaya bicara yang meyakinkan membuat calon korban mudah terbujuk. Calon korban lantas diajak berjalan- jalan sebelum keduanya check-in di hotel. Heppy biasanya meninggalkan KTP palsu saat mendaftar masuk di resepsionis hotel dan tidak mengambil KTP itu lagi.
Di kamar, pelaku menyiapkan minuman jamu atau jus yang sudah diberi campuran obat penenang dan pil tidur. Setelah minum, korban langsung tidak sadarkan diri. Saat itu dipakai pelaku untuk memereteli perhiasan dan uang milik korban.
”Saya spekulasi saja dengan korban. Kadang-kadang juga saya dapat perhiasan imitasi,” ucap Heppy di Markas Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat.
Perhiasan korban langsung dijual Heppy. Uang itu yang dipakai untuk hidup dan melaksanakan kejahatan selanjutnya.
Obat penenang yang dipakai dalam kejahatan itu diperoleh Heppy dari apotek. Dia sebelumnya meminta resep dokter dengan dalih membutuhkan obat itu untuk diri sendiri. ”Satu plastik kecil obat, saya beli seharga Rp 150.000,” kata Heppy.
Korban yang mengonsumsi minuman bercampur obat penenang racikan Heppy itu biasanya pingsan dan tidak sadar diri selama beberapa jam atau bahkan hari. Heppy mengatakan, bila kondisi fisik orang yang minum jamu ini kuat, dia akan pingsan sekitar 12 jam. Kalau tidak, maka waktu pingsan akan lebih lama.
Korban biasanya ditemukan masih dalam kondisi pingsan di kamar hotel. Mereka langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Dalam beberapa hari, korban biasanya belum mengingat secara penuh rentetan kejadian sebelum pingsan.
Heppy dibekuk polisi yang dipimpin Kanit Reskrim Kemayoran Ipda Endi Suhendi, di sebuah rumah kos di Jalan Kramat Pulo Dalam II, Kecamatan Senen. Heppy baru menyewa kamar kos itu sekitar sebulan terakhir. Sebelumnya, Heppy mengaku berpindah-pindah hotel.
Modus lama
Tindak kejahatan Heppy itu merupakan modus lama. Heppy memang terbiasa membius calon korbannya sebelum mengambil barang-barang berharga. ”Agustus 2009, pelaku baru keluar dari penjara karena kasus penipuan dengan modus membius sopir mobil rental. Setelah itu, pelaku menurunkan korban dan membawa kabur mobil rental,” ucap Kepala Polsek Metro Kemayoran Komisaris JR Sitinjak.
Pelaku divonis bersalah atas aksinya itu pada tahun 2007. Tercatat, 43 mobil rental yang dibawa kabur pelaku. Sebelumnya, Heppy pernah divonis bersalah pada tahun 1983 setelah melakukan kejahatan di wilayah Polres Jakarta Pusat dalam kasus penggelapan uang.
Tahun 1993, Heppy dinyatakan bersalah lagi dan dipenjara lima tahun karena membius orang yang menyebabkan korban meninggal. Tahun 2000, lagi-lagi korban masuk penjara karena membius sopir mobil rental dan membawa kabur mobil korban.
Dalam catatan polisi, Heppy mempunyai latar belakang ilmu farmasi. Ilmu itulah yang dimanfaatkannya untuk melakukan kejahatan.
Berpenampilan perlente, kakek satu ini membius pasangan kencannya di kamar hotel. Bolak-balik beraksi di berbagai kota, petualangan si ‘Good Father’ terhenti setelah diringkus polisi di sebuah rumah kos di Senen, Jakpus, Senin (20/9) malam.
Pria 59 tahun yang dijuluki Good Father dan punya banyak nama itu tak berkutik dan hanya bisa menghela nafas panjang saat Kanit Reskrim Polsek Kemayoran Ipda Endi Suhendi bersama Ipda Yossy Jannuar meringkusnya di tempat kos-nya di Jl. Kramat Pulo Dalam II.
Heppy Kinan alias Pia Ramadhan alias Herry Tabir alias Yopi, hanya bisa memandang tas berisi pakaian yang sudah siap disandangnya untuk kabur dari tempat itu. Empat KTP dengan foto sama namun nama berbeda,  disita polisi dari dompetnya.
Kakek tiga cucu dari empat anaknya itu belakangan  membuat sibuk polisi. Pasalnya, dua wanita ditemukan teler terbius di dua hotel berbeda di Kemayoran. Sha, 30, dibius di Hotel Cempaka Sari pada 17 September lalu uang dan HP-nya dibawa kabur.
Hal sama dilakukannya pada Sug, 33, yang juga dikuras hartanya dan dipreteli perhiasannya di Hotel Ilham II pada hari berikutnya.
Di sekitar tempat kos itu, kakek necis ini dikenal dengan panggilan Good Father karena ramah dengan sikap kebapakaan pada orang-orang yang usianya jauh lebih muda. Cara itu pula yang digunakan  sebagai senjata untuk menjerat wanita korbannya.
Tak tanggung-tanggung, 30 wanita di berbagai kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jakarta  telah diperdayanya. Di antaranya di Cikampek, Karawang, Bandung, Solo, Yogyakarta dan Jakarta. Semula, ia berpetualang bersama satu bandit lainnya. “Tapi teman saya itu
tertangkap di Cirebon, Agustus tahun lalu. Jadi ya saya sendiri saja,”
katanya.
KTP BANYAK
Mengenai beragam KTP yang diberikan saat check in, pria asal Sumatera Barat ini mengaku memang memiliki sejumlah KTP asli tapi palsu.  Ron, teman  yang tinggal di Tanah Abang, kerap dimintai membuat KTP dengan membayar Rp150.000. Tujuannya, agar tidak terlacak
polisi.
Dalam menggaet mangsa, kakek necis ini mengaku mencarinya tak jauh dari hotel. Setelah berkenalan, ia mengajak kencan dengan tarif tinggi. Selanjutnya, dalam kamar pria berpostur atletis ini mengajak makan malam.
“Setelah itu, saya beri dia minuman atau jamu yang telah diberi obat tidur dosis tinggi. Kalau sudah pingsan hartanya saya ambil, perhiasan saya preteli,” katanya. “Tapi uang yang didapat cepat habis untuk foya-foya.”
Kapolsek Kemayoran Kompol Robert Sitinjak mengatakan berdasarkan pemeriksaan diketahui pada 1993 tersangka pernah menghipnotis hingga korban tewas. “Kejadiannya di Johar Baru dan ia telah divonis lima tahun penjara,” ungkapnya.