13 tahun lalu, kampung halamanku masih begitu asri, sejuk, begitu alami. Tak perlu merogoh saku dan pergi jauh kalau hanya sekedar menghilangkan beban penat di kepala. Udara belakang rumah sangat bersahabat, kualitasnya mengalahkan mesin pendingin buatan manusia , kicau burung selalu berusaha mengusir rasa stress di kepala. Masih kurang puas ? di pinggiran aliran tenang sungai, menjadi tempat favoritku memancing, di kerumuni ribuan pohon bambu. Mereka bergesekan bernyanyi dan menari memanjakankku. Stress ? ah,… begitu tangkapan ikan di dapat, musnah sudah si stress. Itu 13 tahun lalu, sekarang bobrok sudah seiring bobroknya moral zaman. Tapi paling tidak banyak hal yang bisa aku kenang dan di jadikan pelajaran dari situ, saat itu. Satu di antaranya ngerjain 4 orang ibu ibu di sungai.
Bersama sahabat Syarif peristiwa ini membuatku cengar cengir sendiri kalau mengingatnya. Penerangan listrik belum merata, pelayanan PDAM juga belum menyentuh kampung halamanku, kondisi nyaris layaknya hutan. Karena gelapnya, dapat di pastikan setiap ibu ibu tidak berani mengambil wudlu di sungai secara sendirian di ketika malam. Hanya dengan penerangan ‘ Uplik “ mereka berombongan ke kali untuk sekedar mengambil wudlu.
Begitu mendengar obrolan ibu ibu mau ke sungai, bersama syarif kami mendahului mereka. Tepatnya sekitar jam 20:15 Wib. Kami siap siap menjamu mereka di bawah pohon bambu langgananku memancing. Persiapan bongkahan tanah sudah siap, tinggal menunggu mereka datang saja. ” Nah itu mereka datang, siap siap lho ya “. Ibu ibu mengambil wudlu, di pertengahan wudlu mereka, kami segera lemparkan bongkahan tanah di sekitar ibu ibu berwudlu ” blluuuuuuung yuuur “, spontan saja wudlu mereka batal.
Ibu ibu : ” apa barusan ? “ terdengar suara ibu lainnya ” jangan jangan gendruwo “ . Kami tidak cukup puas, bambu bambu kami goyang goyang begitu kuat layaknya tiupan topan, sembari syarif melemparkan bongkahan tanah ke arah mereka. Mereka begitu ketakutan, sangat ketakutan.Entah apa yang di komat kamitkan mereka, tapi itu sama sekali tidak mempan kepada kami ( lha wong kami ini juga membacanya kok ), kami terus menggoyang bambu. Terdengar suara sangat keras dari antara mereka ” anak adam, anak adam, aku anak adam,… “, rasa rasanya syarif hampir tak bisa menahan tawa, aku bilang ” jangan ngakak, awas kalo ngakak. bisa bisa mati konyol kita,… ntar, masih belum selesai. Pokoknya kalau mereka belum sampai telanjang bulat, belum selesai kita “. Memang konon cerita di daerahku, bila mana ada penampakan mahluk halus ( gendruwo dan kuntil anak ) dan mereka mengusik ketenangan kita, maka dengan memperlihatkan kemaluan wanita, mereka langsung kabur.
Rasa ketakutan mereka belum memuaskanku, aku menggerang seperti harimau, bambu masih bergoyang kencang. Ibu ibu kebingungan mencari jalan keluar di tengah ketakutan mereka, herannya mereka tidak langsung kabur waktu itu, aneh. di antara mereka ada yang punya saran ” telanjang saja, gendruwo ini , ayo toh. cepetan” .Mendengarnya syarif langsung ngakak, secepat kilat tanganku menutupi mulutnya yang berbau kematian kami. ” eh mereka beneran buka baju tuh, lihat hud!. q q q q ” kata syarif. ” Sssttt ssttt jangan keras keras, kedengaran mereka mampus kita, pokoknya kalau belum telanjang bulat lat, atas maupun bawah belum selesai perang ini, ayo lemparkan lagi bongkahan tanahnya!” tambahku ke syarif.
” Anak adaaaaam,… anak adam. panglimanya gendruwo ini, masih belum mau kabur toh.” jerit ibu ibu semakin kuat. Mungkin jeritan ibu ibu yang lagi meminta pertolongan di tengah kebakaran, kalah dengan jeritan ibu ibu di kali ini. Gaunganku aku perkeras frekuensinya, ” ghhhrrr ghhhrrr ghhhrrr “. Ibu ibu : ” ayo toh lek ndang udoh,… gendruwoke engko nak lek ndang mrene ( ayo toh cepetan telanjangnya, gendruwoknya keburu datang ke sini nanti ) ” suara itu terdengan jelas, rasa gemetar yang amat sangat dari mereka begitu kentara, menggigil ketakutan, mulut masih komat kamit mengucap mantra japu japu, ada juga yang membaca ayat kursi dan surat yasin. Sangat jelas bagi kami, ayat yang mereka bacakan ayat kursi dan surat yasin. Masih belum puas,.. bongkahan tanah yang tersisa, kami lemparkan secara bersamaan ” bluuuuuuung byyuuuuuuurrrrr ” volume gaungan kuperjelas, mengisyaratkan nada marah ” ghhhraaaaaa ghhhraaaaa “ ibu ibu : “wes udoooooohhhhh wok, wes udoooooo ( sudah telanjaaaaaang wok, sudah telanjang )”, mereka sambil mempertontonkan kemaluannya, dan terlihat oleh kami mereka seolah menari nari. Melihat dan mendengar itu,untuk kali ini syarif sama sekali tidak bisa menahan ketawanya. ” waka ka ka ka ka ka “ .duh,… mampus kali ini. ” lariiiii “
Ibu ibu : “ooooooiiii wong ediaaaaan, gilaaaa, gendeeeng, sanyeng,mamonce, $#^&&*&*@#_&&+, kualat kowe yo nang,… !” ah,… tidak taulah apa yang mereka katakan,… yang penting aman. Menabrak sana sini, tak perduli apa apa lagi dan di kakiku nyuuuuuk nyet nyet “aduhhhhhhh,… bener bener kualat aku,… kutu kupreeeet, semprul abang ( pokoknya seisi kebun binatang keluar semua lah). Kakiku di singgahi kotoran manusia, sesampainya di lampu penerangan jalan, langkahku terlihat menari nari sambil membersihkan si itu. Syarif ngakak tidak berhenti berhenti, dan ia bilang ” tos prend “ serasa bangga bagi dia telah berhasil membuat 4 ibu ibu telanjang bulat, dan di kerjakan anak seumur 13 tahun. ” plok” suara tepukan tangan kami. Mulutku masih tidak berhenti berhenti menyebut seisi kebun binatang, setelah aku cerita kepada syarif apa yang menyinggahi kakiku malah tambah ngakak si syarif, kutu kupret syarif. Setelah kejadian itu, kakiku terasa gatal gatal, terlihat membiru dan seperti itu berjalan selama seminggu, mungkin benar kata ibu ibu itu bahwa aku kualat.
Kalau sampeyan sampeyan tidak ingin kualat seperti aku, saranku jangan lakukan seperti di masa kecilku, kualat ngerjain orang tua.Wah wah serasa hadiah sudah di depan mataku nih,…. pokoknya di tunggu hadiah dari VIP ( Very Iseng Person ) nya ( ah percaya diri amat lo ) biarin,… kalau tidak bisa percaya kepada diri sendiri bagaimana bisa di percaya dan mempercayai orang lain, ya kan? yang pertama dan utama untuk di percaya itu kan diri sendiri toh? bukan begitu ya? oh iya,… setelah konfirmasi dengan sahabat, memang surat yasin sangat mujarab untuk berbagai hal, contoh di antaranya ketika kita melihat orang yang sekarat,dan di bacakan yasin.Bila mana masih di beri kesehatan, maka cepatlah ia sembuh. Dan bila mana sebaliknya, maka senjang waktunya pun tak lama ( cepat meninggal tanpa harus lama sekarat ), mungkin sekitar 40 hari, tapi itu hanya Tuhan yang tau, dan itu kehendakNYA. Pengalaman pribadiku juga membuktikan keampuhan surat yasin, atasanku ( managerku ) yang berkarakter keras kepala, bahkan seluruh karyawan di perusahaan menganggap bahwa atasanku ” orang ganjil ” ( setengah gila ) dalam arti yang sebenarnya, namun dari saran sahabat untuk membacakan surat yasin yang di khususkan untuk dia aku jalani, Subhanallah benar2 fantastis hasilnya, Bi idznillah. Kami layaknya pasangan yang serasi, solid dan sangat kompak dalam bekerja. Kami mampu bekerja sama secara pas di perusahaan. Semoga sampeyan juga bisa seperti saya, tapi jangan seperti masa kecil saya VIP ( Very Iseng Person ) seperti di atas.
sumber : catatanpujangga.blogdetik.com