Dublin (voa-islam.com) - Para pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agung di Dublin, Irlandia, mengaku sangat menyesal dan malu terhadap skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh pastur. Seperti diwartakan BBC, Jumat (27/11), pihak gereja juga meminta maaf atas cara gereja menutup-nutupi skandal tersebut.
Kardinal Sean Brady akhirnya angkat bicara setelah adanya laporan pemerintah Irlandia yang mengungkapkan pelecehan seksual oleh pastur yang terjadi selama puluhan tahun tersebut. Sejak 1975-2004, gereja seakan menutupi kabar tersebut sehingga terkesan lebih mengutamakan reputasinya di atas kepentingan anak-anak. Tak hanya itu, tindakan polisi juga sangat minim.
Kardinal Sean Brady akhirnya angkat bicara setelah adanya laporan pemerintah Irlandia yang mengungkapkan pelecehan seksual oleh pastur yang terjadi selama puluhan tahun tersebut. Sejak 1975-2004, gereja seakan menutupi kabar tersebut sehingga terkesan lebih mengutamakan reputasinya di atas kepentingan anak-anak. Tak hanya itu, tindakan polisi juga sangat minim.
Laporan tentang pelecehan seks anak di Irlandia (AFP)
:: Sejak periode laporan oleh Komisi Penyelidikan tersebut, beberapa pastur telah berpindah dari paroki ke paroki. Sehingga, mereka bebas untuk kembali melakukan pelecehan seks. Laporan juga mengatakan bahwa pejabat negara berperan menyembunyikan skandal itu, dengan membiarkan Gereja beroperasi di luar hukum.
...pastur telah berpindah dari paroki ke paroki. Sehingga, mereka bebas untuk kembali melakukan pelecehan seks...
Kardinal Brady menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh warga Irlandia atas tindakan Gereja. "Tak ada seorang pun yang berada di jalur hukum di negara ini," katanya. "Setiap Katolik harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kewajiban hukum sipil dan bekerja sama dalam melaporkan dan menyelidiki segala macam bentuk kejahatan."
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastur yang ditutup-tutupi pihak gereja itu mulai mencuat menjadi isu panas sejak enam bulan lalu. Bulan Juni 2009, sebanyak 15.000 orang berunjuk rasa di Dublin menyampaikan rasa malu dan mengecam skandal seksual oleh tokoh agama di lingkungan gereja.
Empat pemrotes yang memimpin pertemuan terbuka itu di Dublin meletakkan karangan bunga –dua berwarna putih dan dua hitam– di luar gedung parlemen Leinster House. Irish Times melaporkan jumlah mereka sampai 15.000 orang.
sebulan sebelumnya, sebuah penyelidikan resmi yang dipimpin Hakim Sean Ryan melaporkan bahwa pelecehan emosi, fisik, dan seks "sudah mewabah" di berbagai sekolah dan panti asuhan, lembaga yatim-piatu serta tempat lain perawatan anak sejak 1930-an.
Temuan dalam laporan itu, yang dikeluarkan setelah penyelidikan selama sembilan tahun, mengejutkan masyarakat Irlandia, yang kebanyakan adalah penganut Katolik.
Kepala Uskup Dublin Diarmuid Martin mengatakan, ia tak dapat menghadiri pawai tersebut karena ia sedang menghadiri pertemuan umum uskup Katolik. Ia mengirim seorang utusan. Setelah pertemuan tersebut, semua pastur mengatakan, mereka telah membahas laporan itu.
"Pelecehan ini merupakan pengkhianatan serius terhadap kepercayaan yang diletakkan pada gereja. Untuk ini, kami meminta maaf," katanya.
...pastur telah berpindah dari paroki ke paroki. Sehingga, mereka bebas untuk kembali melakukan pelecehan seks...
Kardinal Brady menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh warga Irlandia atas tindakan Gereja. "Tak ada seorang pun yang berada di jalur hukum di negara ini," katanya. "Setiap Katolik harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kewajiban hukum sipil dan bekerja sama dalam melaporkan dan menyelidiki segala macam bentuk kejahatan."
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastur yang ditutup-tutupi pihak gereja itu mulai mencuat menjadi isu panas sejak enam bulan lalu. Bulan Juni 2009, sebanyak 15.000 orang berunjuk rasa di Dublin menyampaikan rasa malu dan mengecam skandal seksual oleh tokoh agama di lingkungan gereja.
Empat pemrotes yang memimpin pertemuan terbuka itu di Dublin meletakkan karangan bunga –dua berwarna putih dan dua hitam– di luar gedung parlemen Leinster House. Irish Times melaporkan jumlah mereka sampai 15.000 orang.
sebulan sebelumnya, sebuah penyelidikan resmi yang dipimpin Hakim Sean Ryan melaporkan bahwa pelecehan emosi, fisik, dan seks "sudah mewabah" di berbagai sekolah dan panti asuhan, lembaga yatim-piatu serta tempat lain perawatan anak sejak 1930-an.
Temuan dalam laporan itu, yang dikeluarkan setelah penyelidikan selama sembilan tahun, mengejutkan masyarakat Irlandia, yang kebanyakan adalah penganut Katolik.
Kepala Uskup Dublin Diarmuid Martin mengatakan, ia tak dapat menghadiri pawai tersebut karena ia sedang menghadiri pertemuan umum uskup Katolik. Ia mengirim seorang utusan. Setelah pertemuan tersebut, semua pastur mengatakan, mereka telah membahas laporan itu.
"Pelecehan ini merupakan pengkhianatan serius terhadap kepercayaan yang diletakkan pada gereja. Untuk ini, kami meminta maaf," katanya.
Inikah dampak doktrin selibat yang melarang menikah bagi pastur [taz/dbs]
sumber : www.voa-islam.net